Wanita Kucing

Kalau Anda melewati jalan gang rumah tempatku tinggal, Anda akan temukan seekor kucing betina kelabu di atas anak tangga terakhir rumah hijau di ujung jalan tidak jauh dari masjid. Tidak seperti kucing-kucing liar lain, yang juga akan Anda temukan di sepanjang gang, kucing betina kelabu itu hampir tidak pernah terlihat beranjak dari tempat itu. Dia mengira jika dia pergi jatah makannya akan dicuri kucing lain.

Pemilik rumah memang kadang-kadang memberinya makanan sisa. Akan tetapi, yang rutin memberi makan adalah seorang wanita—bukan warga sekitar—yang sering lewat jalan gang itu di pagi hari ketika dia berangkat kerja dan pulangnya. Wanita itu juga yang memberi makan kucing-kucing lain di sekitarnya.

Di jam ketika wanita itu datang, sekitar pukul setengah tujuh pagi, belasan kucing sudah menunggunya di setiap sudut pertigaan jalan. Pun sorenya, sekitar pukul setengah enam. Wanita itu juga memberi makan kucing-kucing itu di hari Minggu atau hari libur lain, waktu dia seharusnya libur kerja.

Meski begitu, ada saja yang menganggap apa yang dilakukannya itu demi konten di media sosial, walaupun setahuku dia tidak pernah terlihat mengambil gambar atau video kegiatannya itu.

Wanita itu berusia awal tiga puluhan, kurus, mengenakan kerudung dan menyandang tote bag—tempat dia menyimpan botol plastik makanan kucing. Sementara mengenai latar belakangnya kudapat dari hasil mendengar obrolan ibu-ibu saat belanja sayur.

Dia mengontrak rumah tiga blok dari situ bersama suaminya yang seorang dokter dan dua anak perempuannya, berasal dari suatu daerah di Jawa Tengah dan bekerja di sebuah cabang bank. Sumber informasi itu bisa dipastikan datang dari, siapa lagi kalau bukan, Mbak Sri, pembantu rumah tangga sebelah, yang pernah terlihat mengobrol dengannya.

Mbak Sri gemuk dan lincah. Jaringannya luas, terutama di kalangan pembantu rumah tangga. Gosip yang keluar dari mulutnya lebih cepat dari obrolan di grup WhatsApp. Maka, tidak heran jika majikannya memberinya gaji tinggi.

Untuk sementara, hanya itu yang kutahu tentang wanita kucing. Setelah satu minggu, orang-orang sudah terbiasa dengan kehadirannya dan menganggapnya sebagai orang bukan warga setempat lainnya yang sering lewat jalan itu.

Bahkan, ketika dia lama tidak terlihat, tidak ada seorang pun yang menyadarinya. Hanya saja, beberapa orang mulai bertanya-tanya tentangnya setelah melihat tingkah aneh kucing-kucing di jam-jam saat wanita itu biasanya lewat. Kucing-kucing itu duduk berjejer di tempat yang sama, seakan-akan sedang menunggu kedatangannya.

“Kemana perempuan yang suka kasih makan kucing?”

Tetapi itu hanya pertanyaan biasa yang tidak butuh jawaban. Warga luar datang dan pergi, sama seperti anak-anak kos yang meninggalkan tempat itu tanpa perlu pamit. Begitupun dengan wanita itu.

Hari demi hari berlalu, dan wanita kucing semakin terlupakan, dan kucing-kucing yang menunggunya bukan lagi jadi sesuatu yang ganjil.

Sampai suatu ketika, kira-kira tiga bulan setelah dia tidak terlihat, sosok wanita kucing jadi isu panas di lingkungan kami. Yang dibicarakan sebuah kisah pilu yang membuat siapa saja yang mendengarnya merasa kasihan.

Kabar itu sebetulnya didapat dari Twitter. Bukan Mbak Sri yang pertama kali mengangkatnya, karena dia tidak punya akun Twitter. Melainkan Rissa, yang tinggal di rumah berpagar hijau. Rissa masih SMA dan sedang merintis karir sebagai seorang YouTuber.

Awalnya dia hanya penasaran dengan lokasi kejadian yang dibicarakan di trending topic yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Dia menelusuri twit-twit itu dan merasa, meski tidak begitu jelas dan belum bisa dipastikan, bahwa sosok yang jadi trending topic itu mirip wanita yang sering memberi makan kucing-kucing di sepanjang jalan depan rumahnya.

Dia bertanya kepada ibunya tentang sosok itu. Tetapi ibunya menjawab tidak tahu. Ibunya kemudian bertanya kepada ibu-ibu yang lain. Tetapi ibu-ibu yang lain juga menjawab tidak tahu. Lalu, untuk memastikannya, mereka mendatangi rumah majikan Mbak Sri.

Aku ada di sana sore itu. Mbak Sri yang baru selesai masak memastikan kebenaran kabar tersebut, bahwa wanita kucing yang jadi korban KDRT suaminya.

Kasihan wanita kucing. Aku tidak sanggup menceritakan kemalangan yang menimpanya maupun kronologisnya. Terlalu menyedihkan untuk didengar. Bahkan, untuk seekor kucing sekalipun. Meski begitu, aku selalu mengikuti perkembangannya dari sumber yang akurat: Mbak Sri.

Mbak Sri bergerak seperti wartawan. Dia mengunjungi daerah tempat wanita kucing tinggal, bertanya sana-sini, lalu mengabarkannya pada kami.

“Masih ramai. Masih banyak polisi,” katanya suatu kali. Kemudian dia menceritakan sosok wanita kucing sebagai wanita yang ramah dan suka memberi makan kucing-kucing di sana, tentang suaminya yang suka selingkuh, kondisi anak-anaknya yang memprihatinkan, dan soal gugatan cerainya.

Kami mengikuti beritanya selama dua minggu. Kabar terakhir yang kami dengar, wanita kucing sudah tidak tinggal lagi di sana. Sesudah itu, obrolan tentang wanita kucing pelan-pelan menghilang, seiring munculnya gosip lain yang lebih seru. Dan untuk waktu yang sangat lama wanita kucing tidak lagi lewat di jalan gang itu. Orang-orang sudah melupakan wanita kucing dan juga peristiwa yang pernah dialaminya.

Tetapi cerita ini tidak berhenti sampai di sini. Wanita kucing muncul lagi pada Sabtu pagi yang cerah di bulan Juni. Mungkin untuk yang terakhir kali. Karena sesudah hari itu, dia tidak pernah lagi terlihat.

Dia datang bersama dua anak perempuannya. Dia masih memberi makan kucing-kucing yang sudah menunggunya. Masih bersikap seperti biasa, seakan-akan peristiwa itu tidak pernah terjadi padanya. Orang-orang yang berpapasan dengannya tidak lagi mengenalinya. Atau, mungkin berpura-pura tidak mengenalinya.

Sayangnya Mbak Sri tidak kelihatan hari itu. Dia masih di kampungnya di Wonosobo. Seandainya dia ada di sini, dia pasti akan mengajaknya mengobrol, dan aku bisa mendengar obrolan mereka.

Kucing betina kelabu yang sedang tidur-tiduran di atas anak tangga bangkit begitu melihat wanita kucing datang. Kucing itu masih mengenalinya, dan bermanja-manja saat wanita itu mengusap badannya yang membesar karena sedang mengandung.

Aku berada tidak jauh dari situ, duduk di atas bangku kayu memperhatikannya dari jarak paling dekat, sehingga aku bisa melihat jelas wajahnya yang sangat bahagia, mendengarnya memperkenalkan kucing betina itu sebagai Wati kepada kedua anaknya dan sedikit bercerita kenapa dia memberi makan kucing-kucing liar itu.

Kemudian dia datang menghampiriku, mengusap kepalaku dengan lembut, melihat tulisan di kalungku, dan berkata, “Jadi, namamu Bella?”

“Meong.”

“Aku sering melihatmu mengintip di balik pagar hijau itu. Ah, sekarang kau sudah besar dan semakin cantik.”

“Meong.”

Lalu, dia menuang sedikit makanan untukku.

Aku mengendus-endus baunya yang aneh. Aku tidak pernah makan makanan seperti itu sebelumnya, karena aku kucing Persia putih yang dirawat dengan baik dan disuguhi makanan lezat. Tetapi demi wanita itu, aku menghabiskannya.

*      *      *

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Don`t copy text!