Aku dilahirkan di tempat di mana angin bernyanyi
Membawa burung-burung ke pepohonan tinggi
Alang-alang menari, kunang-kunang menyinari
Di pinggir sungai seperti kaca airnya beriak juga
Rambut si gadis terurai basah, senyumnya berucap jua
Aku dilahirkan di tempat di mana angka dapat dihitung
Gembala kambing milik pak Untung, dua puluh tiga jumlahnya
Menjelang maghrib kembali dihitung, lima ratus rupiah upahnya
Berbilang satu disebut satu, berlaku jujur nasehat bapak
Pantaslah alam berbaik hati, buah-buahan kami diberi
Hijau permai negeri berseri
Aku sebelas tahun saat bapak meninggal
Di musim hujan sebulan tinggal
Isak tangis seperti tak berhenti
Banyak tangan budi memberi
Bapak wafat di tempat yang baik, baik pula bapak wafatnya
Ada anak-anaknya di sampingnya, para tetangga menjenguknya
Seluruh desa mendo’akannya, dikuburnya setelah dhuha
Tiga puluh tahun sejak aku pindah ke kota
Jauh dari kampung melewati samudera
Semenjak hutan terus ditebang dan sungai bisa ditambang
Aku kini tinggal di tempat di mana burung dikurung
Pepohonan tergantikan gedung-gedung
Menatap langit tak lagi berseri
Tertutup asap motor dan industri
Dan angka-angka semakin sulit dihitung
Berbilang dua di sebut lima
Perlu sekolah tinggi supaya beruntung
Kejujuran bukan lagi yang utama
Pantaslah alam bersedih, tangisnya berbuah perih
Aku mati di tempat seharusnya aku mati
Ini bumi …